Sabtu, 09 Juni 2012

Pujaan Hati



Hai pujaan hati, apa kabarmu?
Ku harap kau baik-baik saja…
Pujaan hati, andai kau tahu ku sangat mencintai dirimu
Hai pujaan hati,
Setiap malam aku berdo’a kepada Sang Tuhan
Berharap cintaku jadi kenyataan
Agar ku tenang meniti kehidupan
***
Setiap orang dewasa pasti berharap memiliki pujaan hati. Dan jika belum punya, pasti mereka berusaha menemukannya. Mereka berkelana hingga ke ujung dunia. Ada yang ke Paris, menunggu di bawah menara Eiffel. Ada juga yang ke Makkah, berdoa di bawah Ka’bah, agar Sang Pencipta mempertemukan dengan pujaan hatinya. Berharap seseorang yang didamba hadir mengisi kesunyian yang selama ini mendera. Untuk bersama berbagi kisah dan kasih…
***
Ku ingin engkau menjadi milikku
Lengkapi jalan cerita hidupku…
***
Seperti syair lagu di atas, pujaan hati yang dimaksud adalah kekasih atau lawan jenis yang diharapkan hidup bersama melengkapi kisah hidup yang selama ini sendiri. Syair lagu di atas adalah lagu kangen, sesuai dengan yang menyanyikan, Kangen Band. Membaca syair di atas, temanku berkata, “Aduh… Puitis sekali… romantis…”. Pembaca yang lagi kangen jadi bengong. Hmm, so sweet…
Pujaan hati pasti akan menjadi pusat perhatian kita. Pujaan hati akan menjadi motivasi kita meraih sesuatu yang bisa membahagiakannya. Pujaan hati juga yang terkadang menjadi tempat kita mencurahkan segala rasa. (Ada rasa strawberry, rasa orange, rasa apel, rasa sirsak, rasa vanilla… hehehe, itu sich sirup untuk buka puasa nanti…).
Pendek kata, pujaan hati seolah-olah segalanya bagi kita. Jika dia tiada, hampa terasa hidup ini… seperti oksigen, tanpa pujaan hati kita tidak bisa bernapas. Pujaan hati seolah-olah jantung yang memompa darah. Saat kasmaran mungkin begitu rasanya, sehingga banyak kisah pasangan muda yang sedang menjalin cinta, rela mengakhiri hidup gara-gara ditinggal seseorang yang dia anggap pujaan hatinya.
Sahabat-sahabatku, sekarang kita sedang menjalani 10 hari terakhir di bulan suci Ramadhan bagi yang muslim. Tidak ada salahnya di sisa Ramadhan tahun ini kita merenung, karena bisa jadi ini Ramadhan terakhir bagi kita. Bukankan kita selama ini terlalu menganggap bahwa pujaan hati adalah si dia yang cantik atau tampan yang menjadi pasangan hidup kita. Menganggap si dia adalah segala-galanya bagi kita. Tanpa si dia, hampa terasa hidup ini dan kita pun tak mau hidup lebih lama lagi. Dan malangnya, kita melupakan begitu saja Sang Pencipta, Allah SWT. Dia, memberi mata yang dengannya kita melihat indahnya semesta raya, memberi telinga yang dengannya kita mendengar merdunya suara, memberi kita mulut yang dengannya kita makan, memberi kita hidung yang dengannya kita menghirup segarnya udara, member kita hati yang dengannya kita berperasaan, memberi kita tangan dan kaki yang dengannya kita melakukan pekerjaan, memberi kita lidah yang dengannya kita merasakan lezatnya makanan, dan masih banyak pemberiannya yang tak sanggup kita sebut hingga usai.
Jangan sampai Dia bersenandung (seumpama)…
Mengapa kau tak membalas cintaku
Mengapa engkau abaikan rasaku…
Ataukah mungkin hatimu membatu
Hingga kau tak pernah pedulikan aku…
Dia-lah pujaan hatiku, yang sering saya lupakan, yang sering saya abaikan, dan sering saya duakan dengan sesuatu selainnya di hati ini. Ya Allah, ampuni hamba… Ijinkan hamba mencintai makhluk dan ciptaanmu sekedarnya saja, tanpa mengambil alih istanamu di hatiku.
Ya Allah, semoga di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini, Engkau menyejukkan hati ini dengan cinta-Mu, mendamaikan jiwa ini dengan kasih-Mu, Engkau ampuni semua dosa kami dan dosa hamba-hamba-Mu yang lain yang mungkin selama ini khilaf, sombong, merasa paling hebat, dan marah ketika orang lain menunjukkan kepada kami kebenaran. Maafkan jika amarah kami pernah tertuju kepada hamba-Mu yang mengingatkan kesalahan kami, sedangkan dia amat mengasihi kami dengan setulus hati…
***
Sahabat-sahabatku, selamat menunaikan ibadah puasa. Semoga kita selalu menjadikan Allah SWT sebagai pujaan hati kita, di kala suka dan duka, sekarang dan selamanya…

0 komentar:

Posting Komentar